Sejarah: NAKHODA SUPUK (H. Suppu Daeng Ngewa?)

MHP. Sejarah. Sebuah peristiwa yang berhubungan dengan masyarakat Bugis dan Makassar di Singapura dalam telaah kritis menyebutkan pada tahun 1928 Nakhoda Supuk (Yusuf) seorang pedagang Makassar dari Bontosunggu yang bermukim di Kalumpang telah membangun perahu dengan bobot muatan 4500 ton, panjang 12 meter dan 16 layar kannvas model skuner (model perahu pinisi modern). Kapal ini diberi nama Sukma Angin, dibangun di Kallang, Singapura dengan mendatangkan tukang dari Makassar, bahan kayu yang digunakan berasal dari hutan simpanan Sultan Johor di hulu Teberau (Kamaruddin 205).

Kapal sebesar ini dilarang dibuat di wilayah Hindia Belanda, bobot muatan kapal pribumi harus dibawah kapal penjajah Belanda, oleh karena itu kapal Sukma Angin terdaftar di Johor. Kapal ini telah membawa sejumlah 150 orang Eropa dan Cina dari Singapura ke Fremantle, Australia pada Desember 1941. menjelang meletusnya perang dunia ke-2, dan kemudian pada pelayaran kedua-nya menyelamatkan sejumlah 200 orang kebanyakan Belanda ke Durban, Afrika Selatan (Kamaruddin, 207).

Nakhoda Yusuf (Supuk) memang diabadikan pada sebuah lorong yang pernah ada di kawasan sebelah utara Kampong Bugis, Singapura yakni Jalan Soo Poo, namun sayangnya sejak tahun 1969 lorong ini telah ditiadakan, jadi rangkaian peristiwa penting ini dan yang menyatukan daerah dan sejarah orang Makassar, Singapura dan Johor patut diungkap dan diteliti lebih mendalam.

(Imran_bin_Tajudeen_2011, Sejarah kota dan sebina masyarakat pedagang Bugis/Makassar di Singapura, 1811-1940an)

Sumber: (FB) Pencinta Sejarah Sulawesi Selatan dan Barat.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*