MHP. Makassar. Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mengadakan Latihan Kepemimpinan Kader pada tanggal 21 Mei – 23 Mei 2022 bertempat di Aula Marga Siswa Makassar dengan mengusung grand thema kali ini “Melahirkan Kader Yang Transformatif dan Adaptif di Era Smart 5.0”.
Kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader ini bertujuan untuk melaksanakan program kerja organisasi guna menunjang peningkatan wawasan dan ketrampilan pengurus dan anggota PMKRI dengan sasaran peserta 30 orang terdiri dari peserta kota Makassar dan peserta dari kota Jakarta Pusat.
Ada beberapa narasumber yang di undang adalah Pastor Wilhelmus Tulak yang juga senior PMKRI dari Jogjakarta membawakan materi: Beriman Radikal dan DR. Johan Turing Datang, Pr. membawakan materi: Filsafat Kritis dan Hermeneutika serta Albertus George, S.H dari Praktisi Civil Society membawakan materi: Gerakan Sosial dan Manajemen Organisasi Masyarakat Sipil.
Pada kegiatan LKK PMKRI itu Albertus George menyampaikan bahwa Gerakan Sosial di Indonesia mempunyai peran historis dan kontribusi bagi perjuangan demokrasi di karenakan pada waktu pemerintahan orde baru dengan kepemimpinan rezim Soeharto telah menutup ruang demokrasi.
Kondisi yang demikian adalah kebijakan yang memberlakukan batasan batasan secara ketat terhadap mahasiswa, rakyat dan organisasi serta kelompok yang di anggap bertentangan dengan rezim orde baru bahkan kerap kali menggunakan cara represif militer dan pembungkaman terhadap kritik sehingga berdampak kepada ancaman demokrasi serta perampasan hak hak rakyat,
indikatornya adalah terdapat kasus pelanggaran HAM, perampasan dan penggusuran tanah milik rakyat, pemberangusan terhadap kelompok buruh dan eksploitasi buruh, penangkapan dan pemenjaraan terhadap pejabat, jurnalis, dan mereka orang orang atau kelompok yang dinilai bertentangan dengan rezim Soeharto, terdapat banyak kasus juga terhadap mahasiswa paska gerakan mahasiswa di tahun 1974 pada peristiwa Malari dan kemunculan gerakan mahasiswa vdi tahun 1978 kekuasaan Soeharto memberlakukan NKK/BKK untuk memberangus dan membungkam gerakan mahasiwa sehingga tidak muncul pergerakan mahasiswa dengan jumlah yang besar sampai pada tahun 1990an. Kemudian di era 1990an ini muncul gerakan sosial yang di pelopori oleh organisasi masyarakat sipil dari beberapa kelompok diantaranya Kelompok Studi Club’ dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang kemudian dikenal dengan gerakan organisasi non pemerintah atau NGO.
Gerakan sosial yang di pelopori oleh organisasi masyarakat sipil memberikan dorongan secara tertutup gerakan bawah tanah dengan forum forum kajian yang bergerak di sektor mahasiswa dan sektor rakyat melalui kelompok studi CV lub yang kemudian melahirkan beberapa organisasi perlawanan mahasiwa dan organisasi sektor rakyat pada dekade 1999an yang melahirkan embrio perlawanan dengan aliansi multi sektor di tingkatkan organisasi perlawanan lintas kampus dan lintas kota sampai terjadinya Reformasi 98.
Pada konteks itu menurut Albertus George yang pernah telibat di perjuangan mahasiswa Reformasi 98 mengatakan dapat di kaji peran organisasi masyarakat sipil secara histori namun harus di lihat jenis dan bentuk organisasi masyarakat sipil bilamana di perbandingan dengan organisasi masyarakat (ormas) yang bersifat umum karena tidak semua organisasi masyarakat dikategorikan sama dengan organisasi masyarakat sipil dapat di lihat dari visi misi dan orientasi atau tujuan serta latar belakang organisasi tersebut didirikan sehingga mempunyai sifat dan ciri khas yang berbeda organisasi masyarakat sipil secara prinsip mempunyai ciri khas yaitu bergerak pada gerakan advokasi dan gerakan pemberdayaan untuk memperkuat hak hak rakyat yang tertindas selain itu organisasi masyarakat sipil berorientasi pada perjuangan memperkuat demokrasi.(release)
Leave a Reply